Perkembangan
jaman serta daya kreativitas manusia yang semakin bertambah, dapat
Fotografer yang berjiwa wirausaha, akan mengembangkan bisnis fotografi. Tapi fokus utamanya berubah menjadi pencitraan (branding) dan juga marketing (mencari klien) daripada fotografinya. Fotografi itu sendiri kebanyakan ditangani fotografer lainnya (baik freelance atau karyawan). Untuk bisnis fotografi ini, bisa menghasilkan uang yang lumayan.
Untuk yang single fighter, agak sulit, karena waktu yang membatasi kita. Bisa saja dengan mengincar klien yang kelas atas, yang berani bayar dengan harga tinggi, misalnya perusahaan top, atau klien kaya (wedding/family portrait). Tapi menurut saya agak sulit dengan rencana bisnis untuk bisa kaya raya apalagi dalam waktu singkat. Karena jika kita seorang ahli pun, kita perlu reputasi yang tidak bisa dibangun atau dibeli dalam waktu singkat.
Bagi yang gak telaten dalam mengatur cashflow (aliran uang), hidup bisa berantakan, karena meskipun kadang kita bisa dapat job gede, katakanlah nilai proyeknya seratus juta dan bisa dikerjakan dalam waktu satu bulan. Tapi 3 bulan berikutnya bisa gak dapat kerjaan apapun. Apakah Anda dan keluarga sudah siap mental?
Kedua, pasar fotografi kelas atas sebenarnya menciut karena persaingan antar fotografer yang semakin ketat, dan ini diperparah dengan murahnya stock photography dan perkembangan digital illustration/photoshop yang lebih terjangkau daripada memesan jasa fotografi yang meliputi ongkos produksi yang tinggi.
Di Indonesia, bayaran untuk fotografer pro cenderung lebih rendah dibandingkan dengan di luar negeri, maka itu banyak fotografer Indonesia bertalenta tinggi banyak yang memilih bekerja atau mencari job di pasar internasional. Sebagai gambaran, kalau motret satu acara, di Indonesia, kisarannya sekitar 1 juta sampai 5 juta per hari. Tapi dulu, saat saya di Amerika Serikat, sepengetahuan saya seorang fotografer pro dibayar rata-rata adalah 30 juta per hari. Tapi ada juga “super-photographer” yang dibayar ratusan juta per harinya. Kebayang kan kesenjangannya?
Banyak media lokal, seperti majalah bersedia membayar sangat sedikit untuk jasa fotografer. Contoh: 200 ribu per foto, atau kadang-kadang per rubrik (satu set foto). Meski dihargai sangat minim, banyak fotografer pro melakukan hal itu karena untuk tujuan pencitraan/branding.
Awal dari kesuksean, perbedaan orang yang sukses dan yang gagal terletak pada cara menyikapi kegagalan tersebut. Orang yang gagal begitu jauh, ia tak pernah bangun lagi. Sedangkan orang sukses, begitu jauh ia akan bangun. Filosofi keluarga tionghoa belum mau putus asa gagal lebih dari tiga kali, sedangkan orang jepang akan bangkit terus sebelum gagal tujuh kali. Itulah cara mereka menyikapi kegagalan. Sikap kegagalan selalu ada sisi positifnya. Jika kita telah mengetahui sisi positifnya atau kita bersikap mental positif, maka itulah awal dari kesuksesan.
menciptakan
peluang usaha yang menguntungkan. Usaha pemotraitan memang sering berkendala
dengan alat. Namun ditahun ini banyak sekali variasi alat atau camera yang
harganya boleh dibilang murah.
Hal yang
membuat bisnis ini diminati banyak orang bahkan anak muda karena selain
berbisnis sang potografer bisa refreshing atau liburan diberbagai tempat. Bisa
juga dilakukan sambil kuliah, dengan cara pemotraitan model, model dapat dari
mahasiswa terutama perempuan yang senang berpose didepan camera. Kalau pun
masalah editing gambar bisa dilakukan dimanapun saat waktu luang, dikos,
dirumah, dikontrakan atau bahkan saat dikampus dengan menggunakan aplikasi yang
anda suka dan yang ada dilaptop atau komputer anda.
Meskipun
dinegara indonesia, bisnis ini sering dibilang untuk kalangan menengah keatas,
namun menurut saya itu tidak benar juga. Karena kreativitas seseorang itu bukan
karena alat, namun karena keinginan seseorang untuk menciptakan hasil karya
dengan sungguh dan perasaan senang.
Fotografer yang berjiwa wirausaha, akan mengembangkan bisnis fotografi. Tapi fokus utamanya berubah menjadi pencitraan (branding) dan juga marketing (mencari klien) daripada fotografinya. Fotografi itu sendiri kebanyakan ditangani fotografer lainnya (baik freelance atau karyawan). Untuk bisnis fotografi ini, bisa menghasilkan uang yang lumayan.
Untuk yang single fighter, agak sulit, karena waktu yang membatasi kita. Bisa saja dengan mengincar klien yang kelas atas, yang berani bayar dengan harga tinggi, misalnya perusahaan top, atau klien kaya (wedding/family portrait). Tapi menurut saya agak sulit dengan rencana bisnis untuk bisa kaya raya apalagi dalam waktu singkat. Karena jika kita seorang ahli pun, kita perlu reputasi yang tidak bisa dibangun atau dibeli dalam waktu singkat.
Bagi yang gak telaten dalam mengatur cashflow (aliran uang), hidup bisa berantakan, karena meskipun kadang kita bisa dapat job gede, katakanlah nilai proyeknya seratus juta dan bisa dikerjakan dalam waktu satu bulan. Tapi 3 bulan berikutnya bisa gak dapat kerjaan apapun. Apakah Anda dan keluarga sudah siap mental?
Kedua, pasar fotografi kelas atas sebenarnya menciut karena persaingan antar fotografer yang semakin ketat, dan ini diperparah dengan murahnya stock photography dan perkembangan digital illustration/photoshop yang lebih terjangkau daripada memesan jasa fotografi yang meliputi ongkos produksi yang tinggi.
Di Indonesia, bayaran untuk fotografer pro cenderung lebih rendah dibandingkan dengan di luar negeri, maka itu banyak fotografer Indonesia bertalenta tinggi banyak yang memilih bekerja atau mencari job di pasar internasional. Sebagai gambaran, kalau motret satu acara, di Indonesia, kisarannya sekitar 1 juta sampai 5 juta per hari. Tapi dulu, saat saya di Amerika Serikat, sepengetahuan saya seorang fotografer pro dibayar rata-rata adalah 30 juta per hari. Tapi ada juga “super-photographer” yang dibayar ratusan juta per harinya. Kebayang kan kesenjangannya?
Banyak media lokal, seperti majalah bersedia membayar sangat sedikit untuk jasa fotografer. Contoh: 200 ribu per foto, atau kadang-kadang per rubrik (satu set foto). Meski dihargai sangat minim, banyak fotografer pro melakukan hal itu karena untuk tujuan pencitraan/branding.
Mengelola suatu bisnis memang butuh kepandaian
dan kesabaran. Namun, saya punya berberapa tips agar anda lancar dalam bisnis
ini.
Berikut tips dari saya :
1. Niat dan semangat.
2. Menyukai bisnis yang anda lakukan.
3. Mau berusaha dan berkreasi.
4. Percaya diri.
5. Berdoa.
Dalam dunia pemotraitan semua tergantung pada
dirinya sendiri, bagaimana dia mampu berkreasi untuk menjadi seorang potografer
yang hebat. Bagaimana belajar mengendalikan camera, membuat gambar menjadi
lebih hidup dan menjadikan karya seni yang spesial. Semua bisa dipelajari
asalkan ada kemauan. Saya pun baru mencoba dunia ini. Masih banyak hal yang
ingin saya pelajari.
Awal dari kesuksean, perbedaan orang yang sukses dan yang gagal terletak pada cara menyikapi kegagalan tersebut. Orang yang gagal begitu jauh, ia tak pernah bangun lagi. Sedangkan orang sukses, begitu jauh ia akan bangun. Filosofi keluarga tionghoa belum mau putus asa gagal lebih dari tiga kali, sedangkan orang jepang akan bangkit terus sebelum gagal tujuh kali. Itulah cara mereka menyikapi kegagalan. Sikap kegagalan selalu ada sisi positifnya. Jika kita telah mengetahui sisi positifnya atau kita bersikap mental positif, maka itulah awal dari kesuksesan.